Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Daftar Blog Saya

Recent Posts

Minggu, 11 Desember 2011

Pendekatan Konstruktivisme


Konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 26). Menurut pandangan konstruktivistik bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang dimiliki seseorang. Skemata itu tersusun dengan upaya dari individu siswa yang telah bergantung kepada skemata yang telah dimiliki seseorang (Ernest dalam Hudoyo, 1998: 4-5).
Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawaban itu benar atau tidak benar, namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang. Saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai akan apa yang dapat masuk akal siswa. Para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka.
Aktivitas matematika dalam kelas konstruktivis diwujudkan dalam tantangan masalah, kerja dalam kelompok kecil dan diskusi kelas menggunakan apa yang ‘biasa’ muncul dalam materi kurikulum dalam kelas ‘biasa’.
Evaluasi dalam pembelajaran matematika menggunakan pendekatan konstruktivisme terjadi sepanjang proses pembelajaran berlangsung
Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).
Prinsip-prinsip pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver (Ahmad, 2006) sebagai berikut : yakni (a) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara individual maupun kelompok (b) pengetahuan tidak dapat dipindahtangankan dari guru ke siswa, kecuali oleh keaktifan siswa itu sendiri (c) siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, dan sesuai dengan konsep ilmiah (d) guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Tiga konstruktivisme mengenai belajar (Jacob, 2001) (1) exogenous constructivism (2) endogenous contructivisme (3) dan dialectical constructivism. Ketiga perspektif tersebut termasuk pengetahuan kontruktivisme,  tetapi merefleksikan pandangan yang berbeda mengenai bagaimana pengetahuan dikontruksi secara tepat. Konstruktivisme endogen menekankan pada sifat individual dari proses pengkontruksian pengetahuan pada eksplorasi siswa. Konstruktivisme eksogen memandang bahwa pembelajaran formal dapat membantu siswa membentuk pengetahuan secara aktif. Konstruktivisme dialektis memandang bahwa belajar berlangsung melalui interaksi antar pelajar dan lingkungannya. Dalam penelitian ini, perspektif konstruktivisme mengenai belajar akan lebih terfokus pada dialectical constructivism yang menyoroti pentingnya interaksi sosial dalam penguasaan pengetahuan.

0 komentar:

Posting Komentar